KARATE
Sumpah karate
Tradisi dalam membuka dan menutup latihan adalah mengucapkan dengan lantang
1. Sanggup Memelihara Kepribadian
Seorang Karateka berjiwa ksatria, sportif, berbudi pekerti luhur, tidak sombong dan rendah hati
2. Sanggup Patuh Pada Kejujuran
Seorang Karateka pantang berbohong, jujur pada diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat dipercaya semua orang.
3. Sanggup Mempertinggi Prestasi
Sesuai tingkatan sabuk, seorang Karateka harus dapat meningkatkan kemampuan diri dari segi teknik, fisik dan keilmuan serta filosofi Karate-Do. Bagi para atlet harus rajin berlatih agar mampu meningkatkan prestasi yang sudah diraih.
4. Sanggup Menjaga Sopan Santun
Karateka adalah figur yang memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari, baik di perguruan, pekerjaan dan pergaulan di masyarakat. Menghormati dan menghargai sesama Karateka (yunior, setara dan senior) maupun kepada orang lain.
Hal ini tidak hanya berlaku selama latihan saja namun juga dalam hidupmu sehari-hari.”
5. Sanggup Menguasai Diri
Seorang Karateka yang menjiwai Karate-Do akan mampu mengendalikan emosinya. Lebih memilih menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah daripada kepalan tangan. Selalu menghindari perkelahian daripada menimbulkan masalah apalagi mencederai orang lain. Teknik Karate hanya digunakan saat keadaan benar-benar memaksa dan tak ada jalan lain untuk menghindar.
Tingkatan sumpah lebih tinggi tanggungjawabnya dari sekedar ikrar dan janji.
Sumpah, mudah diucapkan, tapi tak semua orang bisa melaksanakan.
Sumpah, mudah diucapkan, tapi tak semua orang bisa melaksanakan.
Gerakan Dasar Dalam Karate
A . KIHON
- Daichi (kuda-kuda)
- Kiba dachi, adalah kuda-kuda sejajar dan kedua kaki dibuka selebar dua bahu, dengan posisi kedua lutut ditekuk (rendah).
- Zenkutsu Dachi, adalah posisi kaki depan belakang (posisi kedua kaki tidak satu garis) lutut depan ditekuk dan kekuatan tertumpu pada kaki depan sedangkan kaki belakang tetap merupakan garis lurus dari pangkal paha sampai tumit.
- Kokustu Dashi, adalah kebalikan dari Zenkutsu Dashi, kaki juga depan belakang tapi posisi kedua kaki satu garis dan kaki belakang di tekuk sedangkan kaki depan tetap merupakan garis lurus dari pangkal paha sampai tumit (kekuatan tertumpu pada kaki belakang).
- Tsuki (pukulan)
- Tsudan Tsuki, adalah pukulan ke depan dengan sasaran ulu hati.
- Jodan Tsuki, adalah pukulan ke depan dengan sasaran dagu / kepala.
- Uke (tangkisan)
- Age Uki, adalah tangkisan atas, yang merupakan tangkisan untuk melindungi serangan yang mengarah ke sasaran dagu / kepala.
- Soto Uki, adalah tangkisan untuk melindungi diri dari serangan pukulan / tendangan yang mengarah bodi atau bagian tengah / dada.
- Gedan Uki, adalah tangkisan untuk melindungi serangan pukulan atau tendangan yang mengarah pada bagian bawah dan tengah.
- Uci Uki, adalah tangkisan untuk melindungi serangan yang mengarah ke dada/muka, gerakan ini hampir sama dengan Soto Uki cuma bedanya kalau Soto Uki dari luar di tangkis ke dalam sedangkan Uci Uki dari dalam di tangkis ke luar.
- Geri (tendangan)
- Mae Geri, adalah tendangan lurusn ke depan dengan menggunakan ujung telapak kaki (seperti tombak).
- Yogo Geri, adalah tendangan ke samping, tengah ke samping di bagi dua;
- Yogo Geri kekomi, adalah tendangan kesamping yang sifatnya menyodok dengan sasaran tulang rusuk dalam.
- Yogo Geri Keage, adalah tendangan kesamping yang bentuk tekhnisnya mengipas, dan tendangan ini juga dapat digunakan sebagai tangkisan dimana arahnya tidak pada sasaran tetapi merupakan garis lengkung dari sumber ke sasaran.
B . KATA
Kata adalah kombinasi dari beberapa pukulan, tangkisan dan tendangan.
Istilah - Istilah Dalam Karate
ISTILAH-ISTILAH UMUM YANG DIGUNAKAN DALAM PERTANDING KARATE
Aiuchi
|
Bersamaan/serentak
|
Bunkai
|
Aplikasi KATA dengan partner
|
Chui
|
Peringatan
|
Encho
|
Ekstensi
|
Encho sen
|
Ekstensi dari lamanya waktu pertarungan (dalam pertandingan)
|
Hajime
|
Mulai
|
Hansoku
|
Diskualifikasi
|
Hantei
|
Keputusan
|
Hikiwake
|
Draw; seri
|
Ippon
|
Pertama (=satu poin)
|
Jogai
|
Melewati batas
|
Keikoku
|
Peringatan keras
|
Nihon
|
Kedua (=dua poin)
|
Otaigai ni
|
Saling berhadapan satu sama lain
|
Rei
|
Hormat
|
Sai Shiai
|
Ekstensi dari lamanya waktu pertandingan tambahan (10 menit)
|
Sanbon
|
Ketiga (=tiga poin)
|
Sanbon shobu
|
Pertarungan (kumite) tiga poin (nilai)
|
Sanbon shobu hajime
|
Pertarungan (kumite) tiga poin (nilai) dimulai
|
Shiai jo
|
Area pertandingan (ukuran = 8-10 meter bujursangkar)
|
Shobu
|
Kompetisi
|
Shomen Ni
|
Menghadap ke depan
|
Shushin
|
Wasit
|
Tokui
|
Kesukaan, pilihan
|
Wazari
|
Setengah poin (nilai setengah)
|
ISTILAH UMUM YANG DIPAKAI DALAM KARATE KATA
Bassai
|
Angin ribut dari benteng
|
Chinte
|
Tangan China/Tangan luar biasa
|
Enpi Walet
|
terbang
|
Gankaku
|
Menjulur di batu
|
Gojushiho
|
Empat puluh empat langkah
|
Hangetsu
|
Pertambahan / setengah bulan
|
Heian
|
Pikiran yang tentram (tenang)
|
Ji'in
|
Tanah kuil, atau taman
|
Jion
|
Nama candi Budha; Penghormatan kepada Budha
|
Jitte
|
Sepuluh tangan
|
Kanku
|
Melihat ke langit
|
Meikyo
|
Cermin yang terang (jernih/bening)
|
Nijushiho
|
Dua puluh empat langkah
|
Sochin
|
Posisi (kuda-kuda) tidak bergerak
|
Tekki
|
Kuda besi, kesatria besi
|
Unsu
|
Tangan seperti awan
|
Wankan
|
Mahkota raja
|
ISTILAH-ISTILAH YANG BANYAK DIGUNAKAN DALAM TEKNIK KARATE
Age
|
Naik, keatas
|
Age empi
|
Sikutan keatas
|
Age te
|
Angkat tangan; tangan keatas
|
Age tsuki
|
Hantaman (pukulan) naik keatas
|
Age uke
|
Tangkisan dari bawah ke atas
|
Ai
|
Pemfokusan/pemusatan
|
Ashi
|
Kaki
|
Ashi barai
|
Sapuan kaki
|
Ashi geri
|
Tendangan kaki depan
|
Ashi sabaki
|
Pergerakan kaki
|
Ashikubi
|
Mata kaki
|
Atama
|
Kepala
|
Ate
|
Benturan/tangkisan
|
Awase
|
Dikombinasikan
|
Awase shuto age uke
|
Dikombinasikan tangkisan pisau tangan
|
Awase tsuki
|
Pukulan "U"
|
Choku tsuki
|
Pukulan lurus
|
Chudan
|
Bagian tengah
|
Dachi
|
Kuda-kuda (cara berdiri)/posisi
|
Empi
|
(Hiji) Siku
|
Empi uchi
|
Tangkisan siku
|
Empi uke
|
Tangkisan sikut
|
Engetsu uke
|
Tangkisan kaki melingkar
|
Ensho
|
Bagian belakang dari tumit sepatu
|
Fudo dachi
|
Kuda-kuda (cara berdiri/posisi) bertempur
|
Fumi
|
kiri Tendangan menggunting
|
Fumikomi
|
Tendangan menempel
|
Gamae
|
Menarik
|
Gedan
|
Tingkat rendah, bawah
|
Gedan barai
|
Penangkisan (pertahanan) dari atas ke bawah
|
Gedan tsuki (zuki)
|
Pukulan mengarah ke bawah
|
Gedan uke
|
Tangkisan ke bawah
|
Geri
|
Tendangan
|
Geri waza
|
Ilmu pengetahuan tentang teknik kaki
|
Gyaku
|
Kebalikan / balasan
|
Gyaku haito uchi
|
Tangkisan balasan berupa pukulan
|
Gyaku tsuki
|
Pukulan balasan
|
Hachiji dachi
|
Posisi (kuda-kuda) alamiah
|
Haishu
|
Belakang tangan
|
Haishu uke
|
Tangkisan belakang tangan
|
Haito
|
Punggung tangan
|
Haito uchi
|
Tangkisan punggung tangan
|
Haishu uchi
|
Tangkisan tangan belakang
|
Haiwan
|
Belakang lengan
|
Haiwan nagashi uke
|
Tangkisan sapuan belakang lengan
|
Hangetsu dachi
|
Posisi (kuda-kuda) jam gelas - melebar
|
Heisuko
|
Puncak dari kaki (kaki paling atas)
|
Heisoku dachi
|
Posisi (kuda-kuda) dalam keadaan formal
|
Hidari
|
Kiri
|
Hidari ashi orishiku
|
Lutut kaki kiri
|
Hikite
|
Kedua tangan ditarik kembali
|
Hiraken
|
Kepalan sendi engsel bagian depan
|
Hiraken uchi
|
Sasaran sendi engsel bagian depan
|
Hiza (Hitsui)
|
Lutut
|
Hiza age ate
|
Tangkisan lutut keatas
|
Hiza geri
|
Tangkisan/tendangan lutut
|
Ippon ken
|
Satu kepalan sendi engsel
|
Ippon ken tsuki
|
Satu pukulan kepalan sendi engsel (Hangetsu)
|
Ippon kumite
|
Pertarungan (kumite) satu langkah
|
Ippon nukite
|
Serangan satu jari tangan
|
Ippon nukite uchi
|
Tangkisan satu jari
|
Jiku ashi
|
Pusat putaran kaki
|
Jiyu dachi
|
Posisi (kuda-kuda) bebas
|
Jiyu ippon kumite
|
Satu serangan dari posisi pertarungan (kumite) bebas
|
Jodan
|
Tingkat yang lebih tinggi dari kepala
|
Juji uke
|
Tangkisan menyilang (x)
|
Kage uki
|
Tangkisan berkait
|
Kage zuki
|
Pukulan berkait
|
Kai ashi
|
Langkah ke depan
|
Kaishu
|
Tangan terbuka
|
Kaiten
|
Perputaran
|
Kakato
|
Tumit kaki
|
Kakato geri
|
Tendangan tumit (dari atas ke bawah)
|
Kakiwaki uke
|
Tangkisan langkah pertama dari kekalahan
|
Karate ni sente nashi
|
Karate bukanlah yang bergerak pertama kali
|
Karate wa sente nari
|
Karate lah yang bergerak pertama kali
|
Keage
|
Tendangan ayunan yang melingkar ke depan/ke belakang
|
Keito uke
|
Tangkisan pergelangan tangan (kepala ayam)
|
Kekomi
|
Tendangan menekan
|
Ken
|
Tinju
|
Kesa geri
|
Tendangan diagonal
|
Kensei
|
Teknik yang dilaksanakan dengan kiai yang diam
|
Kiba dachi
|
Posisi (kuda-kuda) menunggang kuda
|
Kin geri
|
Tendangan selangkang
|
Kizami tsuki
|
Pukulan pertama dengan tinju (tangan) yang di depan
|
Koko uchi
|
Tangkisan mulut harimau
|
Kokutsu dachi
|
Posisi (kuda-kuda) belakang
|
Kosa
|
Penyeberangan
|
Kosa dachi
|
Posisi (kuda-kuda) menyeberang
|
Kosa uke
|
Tangkisan menyilang
|
Koshi
|
Bola kaki
|
Koshi kaiten
|
Perputaran pinggul
|
Koshi sabaki
|
Pergerakan pinggul
|
Kuatsu
|
Ilmu pengetahuan tentang kebangkitan
|
Kumade
|
Tangan beruang (teknik tangan)
|
Kumade uchi
|
Tangkisan cakaran beruang
|
Kuzushi waza
|
Teknik untuk mematahkan keseimbangan
|
Mae
|
Depan
|
Mae empi
|
Serangan menyiku ke depan
|
Mae empi uchi
|
Tangkisan depan menyiku
|
Mae geri keage
|
Tendangan tamparan kaki depan
|
Mae geri kekomi
|
Tendangan menempel (menyodok) kaki depan
|
Manji uke
|
Tangkisan tinggi/rendah
|
Mawashi
|
Berputar
|
Mawashi empi uchi
|
Tangkisan siku memutar
|
Mawashi geri
|
Tendangan memutar
|
Mawashi tsuki
|
Pukulan (tinju) memutar
|
Mawatte
|
Berputar ke belakang (menghadap ke belakang)
|
Metsuke
|
Melihat
|
Migi
|
Kanan
|
Migi ashi orishiku
|
Sikutan lutut kanan
|
Mika zuki geri
|
Tendangan tambahan
|
Morote uke
|
Meningkatkan tangkisan
|
Morote tsuki
|
Pukulan sejajar (paralel)
|
Moto dachi
|
Posisi (kuda-kuda) asli
|
Musubi dachi
|
Posisi (kuda-kuda) berdiri formal (kaki membentuk "V")
|
Nagashi uke
|
Tangkisan menyapu
|
Naiwan
|
Belakang lengan
|
Nakadaka ippon ken
|
Kepalan dengan jari tengah lurus
|
Name ashi geri
|
Tendangan gelombang yang berputar
|
Nami ashi
|
Tangkisan kaki kedalam
|
Naore
|
Kembali ke posisi (kuda-kuda) Shizen-tai
|
Neko ashi dachi
|
Posisi (kuda-kuda) kucing
|
Nidan geri
|
Tendangan ganda
|
Nihon nukite
|
Kepalan dengan dua jari lurus (telunjuk & jari tengah)
|
Nihon nukite uchi
|
Tangkisan dengan dua jari lurus (telunjuk & jari tengah)
|
Nihon tsuki
|
Pukulan ganda
|
Nukite
|
Pukulan dengan jari lurus kecuali ibu jari (tangan terbuka)
|
Oi tsuki
|
Pukulan menerjang/menghujam
|
Oi gyaku tsuki
|
Pukulan menerjang kembali
|
Osae
|
Menekan; memaksa
|
Osaekomi
|
waza Pegangan
|
Osae uke
|
Tangkisan memegang
|
Otoshi empi uchi
|
Tangkisan siku kebawah
|
Otoshi tsuki
|
Pukulan kebawah
|
Otoshi uke
|
Tangkisan kebawah
|
Ren geri
|
Tendangan ganda; kombinasi tendangan
|
Renoji dachi
|
Posisi (kuda-kuda) L
|
Ren tsuki
|
Pukulan ganda; kombinasi pukulan
|
Renzoku waza
|
Keseluruhan ilmu pengetahuan tentang teknik kombinasi
|
Ryoken
|
Kedua pukulan
|
Ryowan
|
Kedua lengan
|
Ryowan uchi uke
|
Tangkisan ganda kedalam
|
Sai
|
Pisau bercabang dua
|
Sabaki
|
Gerakan dalam ruang
|
Sanbon tsuki
|
Pukulan (tinju) tiga kali
|
Sanchin dachi
|
Posisi (kuda-kuda) jam gelas
|
San tsuki
|
Tiga pukulan
|
Sashi ashi
|
Melangkahi
|
Seiken
|
Kepalan (tinju) bagian depan
|
Seiryuto uke
|
Tangkisan lembu jantan
|
Sen no sen
|
Menyerang ketika lawan juga menyerang
|
Sen sen no sen
|
Menyerang terlebih dahulu sebelum lawan memulai
|
Shihon nukite uchi
|
Tangkisan tangan tombak
|
Shiko dachi
|
Bergerak kesamping - mengarahkan posisi kaki
|
Shime waza
|
Keseluruhan ilmu pengetahuan tentang teknik mencekik
|
Shintai
|
Pergerakan tubuh
|
Shizen tai dachi
|
Posisi (kuda-kuda) berdiri biasa; posisi rileks
|
Sho
|
Lebih sedikit / lebih kecil, kecil, berawal
|
Shorei
|
Lambat, pergerakan yang kuat, penekanan kekuatan
|
Shorin
|
Pergerakan yang cepat, penekanan kecepatan
|
Shuto uchi
|
Tangkisan pisau tangan (dari dalam)
|
Shuto uke
|
Tangkisan pisau tangan
|
Sochin dachi
|
Posisi (kuda-kuda) kaki mengangkang
|
Soete
|
Tangan terbuka
|
Sokumen awase uke
|
Kombinasi tangkisan samping
|
Sokuto
|
Tepi luar (pisau) dari kaki
|
Soto mikazuki geri
|
Tendangan bulan sabit dari samping
|
Soto shuto uchi
|
Tangkisan pisau tangan samping
|
Soto ude uke
|
Tangkisan sebelah luar lengan
|
Sukui
|
Menyodok
|
Sukui uke
|
Tangkisan menyodok
|
Sun dome
|
Teknik menghentikan serangan sebelum mengenai sasaran
|
Suri ashi
|
Gerakan meluncur (dimulai dari kaki depan)
|
Tai
|
Tubuh; posisi menanti
|
Tai
|
sabaki Pergeseran tubuh
|
Taikyoku
|
Penyebab pertama
|
Tameshiwara
|
Percobaan dengan mematahkan
|
Tate empi uchi
|
Tangkisan siku keatas
|
Tate ken
|
Tinju keatas
|
Tate shuto
|
Pisau tangan keatas
|
Tate shuto uke
|
Tangkisan pisau tangan keatas
|
Tate tsuki
|
Pukulan tinju keatas
|
Te nagashi uke
|
Tangkisan berupan sapuan (elak) tangan
|
Teiji dachi
|
Posisi (kuda-kuda) T
|
Teisho
|
Penyembunyian tumit kaki
|
Teisho uchi
|
Bergerak dengan bola ibu jari
|
Teisoku
|
Bagian bawah kaki
|
Tekubi
|
Pergelangan tangan
|
Tettsui
|
Tangkisan pukulan palu, kepalan bawah
|
Tettsui uchi
|
Tangkisan kepalan bawah
|
Te wazza
|
Teknik tangan
|
Tobi
|
Melompat
|
Tobi geri
|
Tendangan melompat
|
Tsugi ashi
|
Teknik meluncur (dimulai dari kaki belakang)
|
Tsukami
|
Cadangan
|
Tsukami uke
|
Tangkisan cadangan
|
Tsuki (Zuki)
|
Pukulan
|
Tsuki waza
|
Ilmu pengetahuan tentang memukul
|
Tsumasaki
|
Saran (dari Jari atau Jari Kaki)
|
Tsuru ashi dachi
|
Posisi (kuda-kuda) menjulur
|
Uchi
|
Dalam, tangkisan
|
Uchi majiri
|
Teriakan (perkelahian)
|
Uchi mikazuki geri
|
Tendangan bulan sabit dari dalam
|
Uchi shuto uchi
|
Tangkisan pisau tangan dari dalam
|
Uchi ude uke
|
Tangkisan lengan bawah dari dalam
|
Uchi waza
|
Ilmu pengetahuan tentang teknik menghembus
|
Ude
|
Lengan bawah
|
Uke
|
Tangkisan
|
Uke waza
|
Ilmu pengetahuan tentang teknik menangkis dan bertahan
|
Ukemi
|
Jatuh, latihan jatuh
|
Ura tsuki
|
Pukulan (tinju) tertutup
|
Uraken
|
Tinju (pukul) kembali
|
Uraken uchi
|
Tangkisan kembali
|
Uramawashi geri
|
Tendangan setengah melingkar berbalik
|
Ushiro
|
Belakang
|
Ushiro empi
|
Sikutan berputar kebelakang
|
Ushiro empi uchi
|
Sikutan kembali berputar kebelakang
|
Ushiro geri
|
Tendangan belakang dengan cara menghujam
|
Ushiro mawashi geri
|
Tendangan belakang setengah melingkar
|
Ushiro uramawashi geri
|
Tendangan berputar kebelakang dengan setengah lingkaran
|
Wan
|
Lengan
|
Washide uchi
|
Tangkisan patukan elang
|
Yama tsuki
|
Pukulan (tinju) melebar "U"
|
Yoko
|
Samping
|
Yoko empi
|
Sikutan samping
|
Yoko empi uchi
|
Tangkisan siku samping
|
Yoko mawashi empi uchi
|
Tangkisan siku samping menyodok
|
Yoko geri
|
Tendangan samping
|
Yoko geri keage
|
Tendangan samping menempel
|
Yoko geri kekomi
|
Tendangan samping menyodok
|
Yori ashi
|
Peluncuran kaki
|
Zenkutsu dachi
|
Posisi (kuda-kuda) depan
|
Zuki (Tsuki)
|
Pukulan (tinju)
|
SEJARAH KARATE DI INDONESIA
Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembali ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Drs. Baud A.D. Adikusumo (Alm). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia ) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia ). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia. Dan beliau juga pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO), kemudian ada juga Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shotokan) di Indonesia , dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta .
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex-Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex-Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang keIndonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia . Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari Jepang maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen), setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidakcocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia, FORKI.
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalami 3 kali perubahan masa periodisasi yaitu : periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972–1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997-1980) dan periodisasi 4 tahun (Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
Tingkatan Sabuk Dalam Karate

SABUK KUNING: melambangkan warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah mampu memahami semangat Karate, berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga merupakan tahapanterakhir dari seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar tahapan-tahapan gerakan kumite bahkan ada juga yg mulai turun di suatu turnamen.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar